Minggu, 30 Maret 2014

SMA MUDA Mitra Peternakan UNITRI



PROSPEK & PELUANG TERNAK KELINCI
 
Siapa yang tak pernah melihat binatang lucu ini? Ya, kelinci memang merupakan salah satu hewan yang asyik untuk dipelihara, selain bentuknya yang lucu dan menggemaskan, kelinci ternyata juga menyimpan prospek yang luar biasa untuk dibudidayakan. Hal ini dikarenakan dari tahun ke tahun permintaan kelinci pedaging maupun sebagai binatang peliharaan semakin meningkat. Berikut adalah artikel mengenai Peluang Usaha Beternak Kelinci.

Kelinci atau hewan yang masih famili Leporidae ini, bisa diternakan untuk diambil daging maupun bulunya. Salah satu jenis kelinci yang banyak digemari adalah jenis Flame. Kelinci jenis Flame tak hanya bisa dijadikan sebagai hewan peliharaan rumah saja, namun dapat juga sebagai komoditas berharga yaitu untuk diambil dagingnya.
 
Menurut Handoko, salah satu peternak kelinci asal Madiun, “Kelinci flame merupakan salah satu kelinci terbesar di dunia yang diakui oleh Asosiasi Peternak Kelinci di Amerika. Dinamakan Flame diambil dari suku kata Flemish berasal dari kelinci Flander di Inggris yang memiliki ukuran yang besar.”

Ciri khususnya yang dimiliki kelinci jenis Flame adalah ukurannya yang super besar dengan bulu yang pendek dan kasar. Indukan kelinci ini menurut Handoko bisa mencapai bobot 8 – 10 kg. Ciri lain dari kelinci ini adalah telingga yang membentuk huruf V dan menjuntai panjang. Kelinci ini juga memiliki tulang pinggul yang menonjol, sehingga membuatnya terlihat jelek saat berdiri. Hal ini berbeda dengan jenis kelinci yang lain, yang memiliki tulang pinggul yang menawan.

“Kelinci ini selain cepat besar, ternyata kelinci jenis flame juga kelinci yang pintar jika dipelihara. Bayangkan, dalam beberapa bulan saja, kelinci ini akan ingat nama panggilan yang diberikan kepadanya. Bahkan, kelinci ini juga mengerti bahasa yang ditujukan kepadanya.” Ungkap Handoko, yang saat ini masih aktif mengasuh sebuah paguyuban peternak kelinci di Madiun.

Indukan kelinci flame saat ini memiliki harga yang cukup tinggi, yaitu antara 350 ribu hingga 900 ribu tergantung usia, berat badan, dan warnanya. Bahkan, harganya bisa lebih tinggi jika berat kelinci itu lebih besar lagi. Ukuran yang super jumbo inilah yang menjadi alasan, bagi para peternak membudidayakan kelinci jenis ini. Baik nantinya dijual untuk kalangan hobiest atau untuk pedaging.
“Kalau di tempat kami, tak hanya menyediakan bibit kelinci Flame, namun juga jenis New Zealand. Bahkan, saat ini kami juga tengah mengembangbiakkan kelinci Blasteran, yaitu peranakan dari indukan Flame dan New Zealand. Kelinci blesteran ini ternyata mampu berkembang biak lebih cepat, dalam empat bulan, bobot kelinci sudah mencapai 2-3 kilo dan bisa dijual untuk konsumsi.” tambah handoko.

Namun sangat disayangkan, saat ini usaha ternak kelinci masih belum digarap dengan serius karena kebanyakan hanya sebagai usaha sampingan, padahal menurut Handoko, kelinci pedaging atau ternak kelinci untuk konsumsi memiliki prospek yang luar biasa. Dari segi nutrisi saja, daging kelinci lebih unggul dari daging sapi maupun kambing. Kandungan kolesterol daging kelinci lebih rendah, namun kandungan protein yang ada di kelinci sama seperti yang ada di sapi.

Tak heran jika kemudian Dahlan Iskan menggulirkan sebuah wacana untuk menggantikan daging sapi dengan daging kelinci. Handoko berpendapat sama dengan menteri BUMN tersebut, bahwa dengan beternak kelinci bisa meningkatkan derajat ekonomi rakyat. Sedangkan modal awal untuk memulai budidaya kelinci juga cukup terjangkau semua kalangan.

“Bayangkan, satu kelinci betina dalam empat bulan bisa menghasilkan anakan kelinci minimal 8 ekor, dalam satu tahun sudah bisa menghasilkan 8 x 3 yaitu kurang lebih 24 ekor. jika lebih dari satu indukan betina, misal 10 indukan? sudah berapa ekor kelinci yang dihasilkan? Jika 1 kg daging kelinci dihargai 25 ribu, padahal 1 kelinci umur 4 bulan yang siap panen minimal memiliki bobot 2 kg, maka bisa dihitung keuntungan dalam setahunnya.” ujar Handoko yang hanya mengenyam pendidikan minal STM ini.

Untuk memulai membudidayakan kelinci cukup mudah, peternak hanya memerlukan kandang sederhana dari bambu dan pakan hijau-hijauan. Kandang kelinci bisa dibuat dari bambu maupun kayu. menurut Handoko, kandang yang ideal untuk kelinci pedaging adalah 80 x 60 x 70 cm untuk setiap ekornya.

“Untuk ternak kelinci pedaging, disarankan untuk menggunakan sistem kandang baterai. Hal ini untuk mempermudah dalam perawatan. sedangkan untuk kandang kawin atau kandang soliter dibuat terpisah. Sebisa mungkin, kandang kelinci juga tidak terlalu mepet dengan tanah. hal ini untuk mencegah penyakit yang timbul dari kotoran atau sisa-sisa pakan yang jatuh.” lanjut Handoko.
Kelinci yang siap dijual sebaiknya dipilih yang berusia empat hingga delapan bulan. Pada usia tersebut kelinci memiliki bobot yang ideal untuk diambil dagingnya. selain dijual dalam bentuk kelinci siap potong, ada dua paket yang ditawarkan, yaitu indukan atau anakan. Kalau indukan diambil dari bakalan kelinci usia 7 bulan, pada usia ini kelinci siap kawin, sedangkan paket anakan kelinci bisa dijual mulai usia tiga hingga lima bulan.